Rabu, 07 Oktober 2015

Sejarah Kerajaan - Kerajaan Islam Di Indonesia

PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
       Kedatanagan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan.                        Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial-budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya pada sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina pada zaman T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di kunfu (Kanton) maupun di daerah Sumatera sendiri. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Banu Umayyah di bagian barat maupun kerajaan Cina zaman dinasti T’ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara. Usaha-usaha kerajaan Sriwijaya dalam meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah dapat dihubungkan dengan bukti-bukti prasasti Ligor 775, berita-berita Cina dan Arab abad ke-8 sampai ke-10. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional itu. Kedatangan orang-orang Islam di Asia Tenggara dan Asia Timur pada Taraf permulaannya mungkin belum terasa akibat-akibatnya bagi kerajaan-kerajaan di negeri-negeri tersebut. Karena usaha-usaha mereka itu baru pada taraf menjelajahi masalah-masalah di bidang pelayaran dan perdagangan. Tetapi pada abad ke-9 dengan terjadinya pemberontakan petani-petani Cina Selatan terhadap kekuasaan T’ang masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889) di mana orang-orang Muslim turut serta, dan akibatnya  banyak orang-orang Muslim dibunuh, dan mereka mencari perlindungan ke Kedah, maka bagi orang-orang Muslim berarti telah melakukan  kegiatan-kegiatan politik pula. Kegiatan mereka jelas mempunyai akibat bagi kekuasaan T’ang dan Sriwijaya. Sriwijaya yang kekuasaannya ketika itu meliputi daerah Kedah, melindungi orang-orang Muslim tersebut Syed Nugaib al-Attas mengatakan bahwa orang-orang Muslim yang diperkirakan sejak abad ke-7, telah memiliki perkampungan di Kanton menunjukan kegembiraannya menyaksikan derajat keagamaan yang tinggi dan otonomi pemerintahan; di mana mereka yang memelihara kelangsungan pekampungan organisasi masyarakatnya di Kedah dan di Palembang.
2.      Rumusan Masalah
·         Bagaimana asal mula perkembangan Islam dari tempat asalnya sampai tiba di Tanah air ?
·         Bagaimana mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama untuk menunggu datangnya angin Muslim ?
3.      Tujuan Penulisan
·         Ingin mengetahui tentang pekembangan Islam pada masa itu.
·         Lebih memperluas pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan Islam di indonesia.
                          
4.      Manfaat Penulisan
·         Mengetahui perkembangan kerajaan-kerajaan islam di indonesia
·         Mengetahui tempat-tempat peninggalan bercorak islam di indonesia
          BAB II
                                                   PEMBAHASAN
1.      PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
      Struktur kekuasaan feodal menunjukkan hirarki piramidal dengan kekuasaan puncak dipegang oleh suzerein, seorang raja yang mempunyai hegemoni di wilayah di mana raja-raja kecil sebagai vasalnya mengakui suzereintasnya. Selanjutnya pasal itu sendiri masing-masing mempunyai bawahannya atau semacam subvasal, dan seterusnya. Tribut atau upeti mengalir ke atas sedangkan suzerein memberi perlindungan kepada bawahannya. Apabila kekuasaan pemegang suzereinitas menjadi lemah atau runtuh kerajaannya, seperti dengan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, maka bekas vasalnya berdiri sendiri dan yang kuat di antaranya berusaha mendesakkan kekuasaannya kepada bekas vasal lain yang lemah. Desintegrasi kerajaan suzerein mengakibatkan suatu poliferasi kekuasaan untuk kemudian mengalami proses integrasi di bawah kekuasaan baru, Apa yang terjadi setelah Sriwijaya runtuh ialah timbulnya kerajaan-kerajaan kecil, mulai dari Pedir, Pasai, Tamiang, Siak, Rokan, Indragiri, Jambi, dan Malaka. Di jawa, setelah majapahit runtuh berdirilah Tuban, Gresik, Penarukan, Demak, Pati, Yuwana, Jepara, Kudus. Pada kelompok pertama tampillah malaka sebagai yang terkemuka akan tetapi kemudian jatuh ke tangan portugis. Dalam kelompok dunia yang semakin meluas sebagai akibat ekspansi Barat sejak akhir abad XV. Lagi pula hubungan ekonomis dan politik bangsa Barat, khususnya bangsa-bangsa Timur, khususnya bangsa-bangsa Timur tengah tidak terlepas pula dampak perang Salib. Dipandang dari sudut penglihatan itu bangsa Barat dengan sikap religiusnya dalam Abad Pertengahan melihat setiap orang Moor sebagai musuhnya maka harus diperanginya (Moor adalah sebutan bagi kaum muslimin terutama dari Timur-Tengah dan Afrika utara). Lagi pula persaingan perdagangan akan mempertajam konflik. Konfrontasi itu diperhebat pula oleh usaha Kristianisasi yang dilakukan oleh misionaris yang mengikuti ekspedisi Portugis.                  Hubungan antara raja-raja di Nusantara dengan bangsa Portugis ditandai pada umumnya oleh sikap bermusuhan, meskipun ada faktor-faktor yang menyebabkan hubungan persahabatan, Antara lain 1. aliansi dengan raja-raja yang belum masuk Islam, seperti raja Sunda (1522) dan raja Panarukan serta raja Minangkabau; 2. Dalam perebutan hegemoni di antara kerajaan-kerajaan Melayu ada slah satu pihak yang mencari hubungan dengan bangsa Portugis; 3. Kedatangan bansa Barat lainnya juga mendorong hubungan bersahabat  dengan bangsa Portugis.                                                                                                                     Peta politik abad XVI menampilkan kerajaan-kerajaan Islam muda dan hubungan-hubungan antara mereka yang sering kali merupakan aliansi dalam menghadapi penetrasi Portugis. Kehadiran Portugis ternyata menggangu proses perkembangan hegemoni, terutama karena sumber ekonomi khususnya terhadap negeri pelabuhan sebagian jatuh ke tangan Portugis. Baru dalam abad XVII mulai muncul kerajaan-kerajaan yang berhasil memusatkan kekuasaan serta mengintegrasikan wilayah yang cukup luas, antara lain  Aceh dan Mataram.     Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada bulan Agustus 1511, Sultan Mahmud mengungsi ke Pahang untuk kemudian tinggal di Muar dan Di Pulau Bintang. Dari sana Sultan Mahmud tidak henti-hentinya melakukan serangan terhadap malaka. Untuk menghadapi Sultan Mahmud itu, Albuquerque berusaha membuat persahabatan dengan raja Kampar Dan Pasai. Di dalam kota malaka sendiri terdapat unsur-unsur penduduk, antara lain koloni Jawa yang besar, yang bersikap bermusuhan terhadap Portugis. Pada akhir 1512 seorang pemukanya Pate Kadir, bersekongkol dengan laksamana Sultan Mahmud, Hang Nading, untuk menyerang Malaka. Usaha itu dapat ditahan, akan tetapi serangan yang lebih hebat datang Pate Unus, pengusaha Jepara yang datang dengan bala tentara sebesar sepuluh sampau dua belas ribu orang. Tepat pada malam tahun baru 1512/1513 dilakukan serangan terhadap Malaka. Oleh karena bantuan dari bangsa melayu tidak datan, Pate Unus terpukul mundur.                                                               Pada pertengahan 1514 Kampar diserang oleh Lingga yang rupanya dapat mengepungnya. Albuquerque hendak membantu Kampar, akhirnya dapat dibebaskan. Sementara itu dikirimkan utusan ke raja siak dan minangkabau untuk membuka hubungan perdagangan dengan Portugis.                                                                      Dengan Pertahannya di Muar, Sultan Mahmud terus-menerus melakukan gangguan terhadap pelayaran ke dan dari Malaka. Pada akhir 1518 pasukan pendudukan Portugis sangat dikurangi, maka Sultan Mahmud melakukan serangan langsung terhadap Malaka tetapi tidak berhasil merebutnya kembali. Kontak Portugis dengan Pasai, Pedir, Aceh, dan Baros terjadi karena perdagangannya untuk memperoleh lada dan emas. Insiden terjadi pada waktu kapal Portugis kandas di dekat pulau Ganir (1519), dalam serangan oleh aceh ada anak kapal yang mati dan ada yang ditawan. Hanya dengan uang tebusan mereka itu dapat dibebaskan.            Politik bersahabat Portugis dengan Pasai, antara lain karena hasil ladanya, menyebabkan keterlibatannya dalam perebutan kekuasaan pada tahun 1521. Zainal, seorang seorang yang merasa berhak atas tahta Pasai, telah diusir oleh pamannya, raja Aru. Untuk merebut tahta itu Zainal mencari bantuan Sultan Mahmud dan sementara itu tetap bersahabat dengan Portugis. Seorang calon lain ialah putra raja, di bawah asuhan Maulana, mengharapkan bantuan Portugis. Akhirnya Portugis memihak dan membatu yang terakhir karena hendak membalas jasa ayah calon tersebut sewaktu (tahun 1514) membantu Portugis dalam menghadapi lawannya. Dalam pertikaian yang berikut berhasillah Portugis mengusir semua lawannya dan mendudukan putra raja tersebut di tahta. Konsentrasi yang diperoleh ialah: 1. Mendirikan benteng di tepi sungai Pasai; 2. Hak dagang lada. Untuk mempertahankan kedudukan yang strategis di Malaka dan membuka saluran perdagangannya, bangsa Portugis menjadi agresif dan menjalankan praktek sebagai kompradotor.                                                                         Pada tahun 1512 de Britto dikirim ke Aceh untuk mengadakan hubungan persahabatan. Dalam perundingan ada tuntutan agar barang-barang rampasan dari kapal Portugis dikembalikan. Setelah itu ditolak, maka de Britto dengan pasukannya menyerang, antara lain untuk merampas kekayaan yang tersimpan di mesjid. Pertahanan yang gigih menggagalkan maksud itu dan banyak dari pasukan Portugis terbunuh, antara lain de britto sendiri. Serangan terhadap Bintang dipimpin sendiri oleh Albuquerque pada bulan Oktober 1512, tetapi karena sangat kuat benteng pertahanannya, jatuhlah banyak korban di antara penyerang. Laksamana Sultan Mahmud malahan berhasil merebutt satu kapal Portugis. Serangan Portugis diulang lagi pada tahun 1523 di bawah henriquez, dan pada tahun 1524 di bawah de Souza, keduanya gagal pula.                                                Meskipun dalam pengungsian di Bintang Sultan Mahmud tetap berusaha untuk meletakan hegemoninya di wilayah sekitarnya. Untuk keperluan itu disuruhnya raja Indragiri selaku vasalnya menyerang raja Lingga. Yang terakhir adalah suku Portugis yang dalam perang itu memberikan bantuannya. Setelah mendengar akan kekalahan Laksamana Sultan Mahmud ditolaknya tuntutan untuk mengakui sultan itu sebagai tuannya.          Persekutuan antara Lingga dan Portugis akhirnya berhasil merebut Bintang pada tahun 1525. Sultan Mahmud yang mengungsi ke Johor.   Dengan adanya perebuta kekuasaan yang kronis di wilayah sekitar Selat Malaka. Aceh di bawah Sultan Ibrahim mendapat kesempatan mengadakan ekspansi. Usaha ini menjumpai perlawanan dari kerajaan-kerajaan Melayu, antara lain Kerajaan Aru. Sementara itu Portugis berusaha mengatur hubungannya dengan Aceh lewat diplomasi. Dari kedudukannya yang baru di Joho, Sultan Alaudin Sebagai pengganti Sultan Mahmud, menghimpun kekuatan untuk melawan Portugis. Dia mendapat bantuan Pahang dan Petani. Karena Johor merupakan ancman terus bagi Malaka maka Portugis berturut-turut melakukan serangan terhadap pusat agresi itu, ialah pada bulan Mei 1523 di bawah da Gama dan setahun kemudian pada bulan Juni 1524 di bawah Don Estevao. Keduanya mengalami kegagalan.                                                                                                                 Masa damai yang berlangsung selama dua tahun disebabkan oleh kekhawatiran raja-raja Melayu terhadap ekspansi Aceh, lagi pula adanya kemajuan perdagangan dengan Malaka. Tiba-tiba Malaka dikepung oleh angkatan perang Aceh pada suatu malam bulan September 1537 di bawah pimpinan Alaudin, pengganti Ibrahim. Hanya karena pasukan Aceh mulai merampok waktu masuk kota, serangan itu dapat dikembalikan oleh Portugis.            Perang hegemoni menjadi-jadi karena Aceh meneruskan politik espansinya. Kedudukannya diperkuat oleh hubungan diplomasi yang terjalin dengan Turki dan Abesinia. Untuk dapat menguasai perdagangan kerajaan-kerajaan Melayu perlu ditaklukkan dan Portugis diusir dari Malaka. Langkah pertama ialah memerangi dan menaklukan Aru. Dengan seratus kapal dan dua belas ribu orang pasukan di bawah pimpinan Kuti Ali Markar diserbunya Aru. Pertahanan orang Melayu gigih sekali dan hanya karena pengkhianatan seorang pemuka saja, Aru dapat direbut oleh pasukan Aceh. Pemimpinnya adik ipar sultan Aceh, diberi gelar Sultan Baros. Raja Aru gugur dan jandanya lari ke Malaka di mana dia mencari bantuan Portugis. Waktu bantuan itu tak kunjung datang ditunggu dan akhirnya Portugis tidak mengulurkan tangannya, janda sultan itu lari ke Johor. Disana kedatangannya disambut baik, bahkan ia diperistri oleh Sultan Johor. Segera dipersiapkan dua ratus kapal dan sepuluh ribu orang pasukan untuk menghadapi Aceh di Aru. Aceh mengirim pasukan sebesar sekitar 13.500 orang, tetapi menderita kekalahan serta laksamananya gugur. Dengan kekalahan Aceh ini terelakanlah dominasi Aceh di bagian selatan wilayah sekitar Selat Malaka. Dan kedudukan Portugis sementara waktu luput dari bahaya ancaman dari sebelah utara. Jelaslah pula, bahwa kedudukan itu dapat dipertahankan karena ada rivalitas antara Aceh, Johor, dan Jawa.                                                                                                       Meskipun tidak berhasil merebut kembali Malaka, sultan Johor mampu menguasai bagian selatan pantai timur sumatera. Pengusaha-pengusaha di jawa pun juga mempunyai kepentingan untuk menguasai pusat perdagangan Malaka. Beberapa ekspedisi merupakan usaha meletakkan dominasi itu. Sesudah kegagalan Pate Unus untuk merebut Malaka pada tahun 1513, masih ada serangan berkali-kali dari Jawa, yaitu pada tahun 1535, 1551, 1574; tetapi kesemuanya gagal. Maka dari itu pedagang Jawa terpaksa menyesuaikan diri dan berdamai dengan Portugis. Aceh pun, sejak kekalahannya pada tahun 1537 di Aru, terus-menerus melakukan serangan terhadap Malaka, yaitu pada tahun 1539, 1547, 1568, 1573, dan 1575.                                                                                              Diwilayah sekitar selat Malaka perkembangan politik dalam abad XVI dipengaruhi oleh kehadiran Portugis sebagai faktor politik dan ekonomis. Didalam bidang politik Portugis tidak bertujuan memegang hegemoni dengan menjadikan kerajaan-kerajaan di wilayah itu sebagai vasalnya, maka tidak memegang peranan aktif menentukan dalam perebutan hegemoni
2.      PERTUMBUHAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Ø  SITUASI SERTA KONDISI POLITIK MASA KEDATANGAN ISLAM
Kedatanagan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial-budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya pada sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina pada zaman T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di kunfu (Kanton) maupun di daerah Sumatera sendiri. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Banu Umayyah di bagian barat maupun kerajaan Cina zaman dinasti T’ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.                                                                    Usaha-usaha kerajaan Sriwijaya dalam meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah dapat dihubungkan dengan bukti-bukti prasasti Ligor 775, berita-berita Cina dan Arab abad ke-8 sampai ke-10. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional itu. Kedatangan orang-orang Islam di Asia Tenggara dan Asia Timur pada Taraf permulaannya mungkin belum terasa akibat-akibatnya bagi kerajaan-kerajaan di negeri-negeri tersebut. Karena usaha-usaha mereka itu baru pada taraf menjelajahi masalah-masalah di bidang pelayaran dan perdagangan. Tetapi pada abad ke-9 dengan terjadinya pemberontakan petani-petani Cina Selatan terhadap kekuasaan T’ang masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889) di mana orang-orang Muslim turut serta, dan akibatnya  banyak orang-orang Muslim dibunuh, dan mereka mencari perlindungan ke Kedah, maka bagi orang-orang Muslim berarti telah melakukan  kegiatan-kegiatan politik pula. Kegiatan mereka jelas mempunyai akibat bagi kekuasaan T’ang dan Sriwijaya. Sriwijaya yang kekuasaannya ketika itu meliputi daerah Kedah, melindungi orang-orang Muslim tersebut Syed Nugaib al-Attas mengatakan bahwa orang-orang Muslim yang diperkirakan sejak abad ke-7, telah memiliki perkampungan di Kanton menunjukan kegembiraannya menyaksikan derajat keagamaan yang tinggi dan otonomi pemerintahan; di mana mereka yang memelihara kelangsungan pekampungan organisasi masyarakatnya di Kedah dan di Palembang.                                                                                                  Apabila kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 sampai abad ke-12 di bidang ekonomi dan politik masih menunjukan kemajuannya, maka sejak akhir abad ke-12 mulai menunjukan kemundurannya yang prosesnya terbukti pada abad ke-13. Tanda-tanda kemunduran Sriwijaya di bidang perdagangan mungkin kita dapat hubungkan dengan berita Chou Ku-Fei tahun 1178, dalam Ling-wai-tai-ta yang menceritakan bahwa persediyaan barang-barang perdagangan di Sriwijaya mahal-mahal, karena negeri itu tidak lagi menghasilkan banyak hasil-hasil alamnya. Dikatakan bahwa Cho-po (Jawa) lebih kaya daripada Sriwijaya dan yang kedua ialah Ta-shih. Untuk mencegah kemunduran kerajaan Sriwijaya di bidang perdagangan yang mungkin ada pengaruhnya di bidang politik, maka kerajaan tersebut antara lain membuat peraturan cukai yang lebih berat lagi bagi kapal-kapal dagang yang singgah di pelabuhan-pelabuhannya. Apabila pedagang-pedagang asing itu berusaha menyingkiri pelabuhannya, maka di pelabuhan-pelabuhan lainnya mereka di paksa berlabuh oleh pengusaha-pengusaha setempat. Dengan demikian maka pedagang-pedagang asing yang tujuannya berlayar ke Cina mengalami rintangan-rintangan. Persediaan keperluan-keperluan untuk pelayaran dan perdagangan yang lebih jauh sudah diambil di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai kerajaan Sriwijaya seperti tersebut di atas bukan mendatangkan hasil pendapatan yang lebih menguntungkan tetapi lebih merugikan, karena kapal-kapal dagang itu seringkali menyingkiri pelabuhan-pelabuhan, menembus blokirnya dan menuju tempat-tempat yang mereka ketahui banyak menghasilkan barang-barang dagangan. Kemunduran di bidang perdagangan serta politik kerajaan Sriwijaya itu dipercepat pula oleh usaha-usaha kerajaan Singasari di Jawa yang mulai mengadakan ekspedisi Pemalayu pada tahun 1575. Pengiriman arca Amoghapaca sebagai perlambangan ayah raja Kertanegara sekitar tahun 1286, meupakan pengukuhan kekuasaannya terhadap kerajaan Melayu di Sumatera. Pengaruh politik Kertanegara terhadap kerajaan Melayu itu sebenarnya suatu usaha mengecilkan politik dan perdagangan Sriwijaya yang semula menguasai kunci pelayaran dan perdagangan internasional, melalui Selat Malaka. Kecuali itu mengecilkan kekuasaan politik dan perekonomian oleh kerajaan Jawa, bagi daerah-daerah, terutama bandar-bandar yang dikuasai Sriwijaya, merupakan kesempatan untuk menyatakan dirinya lepas dari kekuasaan kerajaan tersebut.                                                                         Sejalan dengan kelemahan yang di alami kerajaan Sriwijaya maka pedagang-pedagang Muslim yang mungkin disertai pula oleh muballigh-mubalighnya lebih berkesempatan untuk selama mendapatkan keuntungan dagang dan keuntungan politik. Mereka menjadi pendukung daerah-daerah yang muncul; dan yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra-Pasai di pesisir timur laut Aceh, Kabupaten Lhok Seumawe atau Aceh Utara kini. Munculnya daerah-daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama-tama di Indonesia diperkirakan mulai abad ke-13. Hal itu mungkin hasil proses Islamisasi di daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad-abad ke-7, 8 dan seterusnya, seperti telah dikemukakan di atas. Daerah lainnya yang diperkirakan masyarakatnya sudah banyak yang memeluk agama Islam ialah perlak, seperti kita ketahui dari berita Marco Polo yang singgah di daerah itu pada tahun 1292.                                                     Kerajaan Samudra Pasai makin berkembang baik di bidang politik maupun perdagangan dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin ramai sehingga di tempat itu pun sejak abad ke-14 timbul masyarakat Muslim. Perkembangan masyarakat Muslim di Malaka makin lama makin meluas dan akhirnya pada awal abad ke-15 muncul suatu pusat kerajaan Islam. Perkembangan-perkembangan kerajaan Islam itu jelas berhubungan dengan keruntuhan Sriwijaya, yang dipercepat oleh pengaruh kekuasaan kerajaan Majapahit sejak pertengahan abad ke-14.
3.      PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan Islam setelah dipeluk oleh sebagian besar masyarakat lapisan bawah di Indonesia, mulai mendapat perhatian dari para bangsawan. Perkembangan selanjutnya juga berpengaruh pada kerajaan-kerajaan di Indonesia, sehingga mulailah era pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam. Menurut beberapa sumber sejarah tercatat bahwa kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah Peureulak atau Perlak. Menurut catatan perjalanan Marcopolo kerajaan ini sudah berdiri pada tahum 1262, sebagai kerajaan islam yang terletak di Aceh Timur, berhadapan dengan Selat Malaka. Raja pertama kerajaan perlak adalah Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, dengan Dinasti kerajaan Perlak adalah Bandar Khalifat. Pada waktu pemerintahan Sultan Muhammad Amin Syah, putrinya yang bernama Ganggangsari yang dinikahkan dengan Meurah Silu, yang kemudian bernama Malik As Shaleh. beliau kemudian memperluas kerajaanya dan diberi nama baru samudera pasay.daerahnya adalah bekas perlak,sampai samudra ditepi sungai pase yang bermuara diteluk elho’sumawe.                                                                                                                   Adapun raja pertama ialah sultan al malik as saleh ( malikus saleh), yang mendapatkan gelar dan pengesahan dari syarif makka. Kerajaan samudra pasay menjadi makmur karena letaknya strategis bagi perdagangan dunia.oleh karena itu banyak disinggahi para pedagang dari hindia, gujarak,ar dan china. Pada zaman sultam malik as saleh, samudra pasay berhasil menguasai dearah pedalam, yaitu antara lain, tamiang, balek bimba, samerlangga, disimpang bulah telang dan kakus.daerah daerah itu kemudian dibina oleh samudra pasay, baik pereokonomian dan juga keagamnya. Berita tentang sultan ini diterangkan dalam batu nisan dari batu pualang putih, bertuliskan huruf arab gaya Riq’ah,yang menerangkan waktu wafatnya sultan malik as shaleh ,yaitu tahun 692 h atau tahun 1297 M. Raja ke-2 adalah sultan Al malik az Zahir(1297-1326).menurut catatan ibnu batuttah disebutkan bahwa raja samudra pasai selalu dikelilingi oleh para ulama dari madzhab syafi’I.dengan berita ini dapat diketahui bahwa mazhab syafi’I telah ada diindonesia. Raja yang terakhir kerajaan samudra pasai adalah sultan zainudin abidin  ,dalam berita cina disebut ts’ai  nu li api ting ki.mulai  naik tata pada tahun 1350 m dalam kondisi masih kanak kanak ,sehingga pemerintahanyya lemah.                                                                                              Pada periode pemerintahannya mendapat serangan bergantian dari majapahit yang berakhir dengan samudra pasai harus mengakui kekuasaan dan membayar upeti pada majapahit, disisi lain ,serbuan dari siam berhasil membwa harta kerajaan, dan bahkan sultan zainal abiding yang masih kanak kanak itu disandra kesiam..sultan kecil itu baru dikembalikan setelah para wali negara samudra pasai samudra pasai bersedia membayar upeti kepada siam. Oleh karena samudra pasai merasakan beratnya membayar upeti kepada maja pahit dan siam, kerajaan ini kemudian diam diam menjalin hubungan kerja dengan salah satu kerajaan cina.kerajaan cina dibawah kaisar cheng ts’u bersedia melindungi samudra pasai dengan mengirimkan armadanya yang kuat dibawah pimpinan admiral cheng ho, yang kebetulan juga beragama islam sehinngga ketika samudra pasai menghentikan pengiriman upetinya,siam dan majapahit tidak berani menyerang lagi. Pada tanggal 12 dzulqaidah 916 h atau 1511 M,samudra pasai bergabung dengn kerajaan kerajaan barat kemudian mendirikan kerajaan yang lebih besar yaitu kerajaan aceh darusalam.raja pertamanya adalah sultan alaidin ali mughayat syah,beribu kota dibanda aceh darusalam. Kerajaan ini berkembang menjadi besar dan memilki hubungan internasional(global).ibu kota banda aceh dusalam juga juga berfungsi sebagai kota internasional ,yang didalamnya terdapat kantor perwakilan asing seperti china ,korea,eropa afrika,india dan beberapa Negara asia barat.
Dalam bidang pendidikan ini terdapat lembaga antara lain :
1.      Balai seutia ulama ( jawatan pendidikan )
2.      Balai jama’ah himpunan nulama (study club)
3.      Balai seutiya hukama (lembaga pengembanagan ilmu pengetahuan)
(b.) kerajaan islam di jawa
kerajaan islam yang pertama adalah kerajaan demak, menurut beberapa sumber sejarah adalah pewaris kerajaan maja pahit. Kerajaan-kerajaan islam di jawa pada mulanya muncul di daerah pantai utara pulau jawa. Menurut catatan sejarah, sebelum kerajaan demak lahir ,di giri gresik terdapat semacam kerajaan islam yang di pimpin oleh seorang ulama yang mendapatkan daerah inclave untuk orang islam dari majapahit. Rajanya bernama pangeran satmoka alias raden paku merupakan raja pertama dengan gelar raja pandhito. Raja ini kemudian di kenal sebagai Sunan giri I. Adapun para pejabatnya adalah ulamanya, yang tugas pokonya adalah menyebarkan islam dengan jalan diplomasi yang di tujukan pada raja-raja, dan menghindari peperangan. Oleh karena itu hubungan dengan majapahit terjalin dengan baik, karena saling menghormati dalam perbedaan agama. Adanya hubungan baik ini dapat di buktikan bahwa beberapa orang alam menjadi pejabat di majapahit. Kerajaan giri I dikenal sebagai penyebar agama islam ke Indonesia timur, dan di percaya oleh kerajaan-kerajaan islam yang baru lahir sebagai lembaga tertinggi yang berhak memberikan gelar “sultan” pada raja-raja jawa. Pemberian gelar ini telah di lakukan oelh sunan giri terhadap kerajaan-kerajaan demak, jipang, dan pajang. Untuk di daerah jawa barat juga terdapat ulama yang di hormati dan di percaya untuk member gelar “sultan” bagi Cirebon dan banten, yaitu sunan gunung jati. Kedua sunan yaitu sunan giri dan sunan gunung jati, kecuali  pemimpin agama juga sebagai pengusaha daerah, dalam sumber belanda di sebut “paus van jawa”. Kerajaan demak lebih di kenal sebagai kerajaan islam tertua di jawa, yaitu sebagai kerajaan besar, yang telah memiliki strukutur pemerintahan, dan juga memiliki kekuatan angkatan perang baik di darat dan laut. Demak lebih di kenal sebagai kerajaan bercorak maritim, karena selain angkatan lautnya kuat, juga berfungsi sebagai daerah penghubung atau transit perdagangan rempah-rempah yang berasal dari Indonesia bagian timur dengan malaka sebagai pusat perdagangan yang akan di bawah ke luar negeri. Demak juga sebagai kerajaan yang berperan mengembangkan islam ke Banjarmasin.
(c.) kerjaan islam di mataram
Pada awalnya mataram adalah hutan mentaok di hadiahkan oleh sultan hadiwijaya dari pajang kepada Ki Ageng pemanahan, atas jasa puteranya danang sutawijaya yang dapat mengalahkan arya penangsang.kemudian daerah itu di beri nama mataram,sebuah negeri bagian dari pajang.oleh pangeran benawa tidak mau menggantikan ayahnya sultan hadiwijaya bertahta di pajang,maka tahta di serahkan pada danang sutawijaya putra dari mataram. Tahta itu di terima oleh danang sutawijaya, kemudian ia mendirikan kerajaan dan dinasti baru yaitu mataram islam. Oleh karena itu seluruh pusaka yang berasal dari demak dan pajang termasuk pusaka dari majapahit di pindahkan kemataram, sehingga mataram berdiri sebagai pusat kerajaan yang berkuasa di jawa. Gelar yang di pakai oleh danang sutawijaya setelah menjadi raja mataram ialah penambahan senapati. Pada masanya pemerintahanya berhasil menyatukan kembali beberapa daerah yang memisahkan diri dari demak, antara lain kedu,bagelen,madiun,Kediri dan pasuruan.senapati berkuasa di damping pamanya ki juru mertani,yang berfungsi sebagai penasehat dan juga panglima perang.                                    Penganti sebagai raja mataram setelah panembahan senapati wafat ialah putranya bernama mas jolang,yang kemudian brgelar panembahan anyokrowati. Ia tetap melanjutkan cita-cita ayahnya untuk menyatuhkan jawa di bawah kekuasaan mataram. Pada masa pemerintahan banyak ia berperan melawan para bupati pesisir yang ingin melepaskan diri dari mataram. Pada saat pulang dari medan pertempuran panembahan anyakrawati sakit dan wafat di desa krapyak,sehinga ia di kenal sebagai panembahan sedo krapyak.sebagai penganti raja selanjutnya ialah putranya bernama mas rangsang,yang kemudian telah jadi raja mataram bergelar sultan agung hanyakrakusuma senapati ing ngalaga Abdurrahman syaidin panatagama kalifatullah ing tanah jawa. Menurut babad tanah jawi di kisahkan bahwa gelar sultan bagi raja mataram ini atas pemberian syarif makkah.ia melanjutkan cita-cita raja kedua pendahulunya dan berhasil merebut kembali Surabaya dan blambangan sehingga dalam waktu pemerintahannya memiliki wilayah seluruh jawa tengah dan jawa timur,serta sebagian jawa barat. Sultan agung membawa kerajaan mataram islam pada zaman keemasanya,yaitu menjadi benar-benar pusat kekuasaan dan kerajaan terbesar di jawa.
4.      AWAL PERTUMBUHAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandar-bandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh. Seperti halnya persebaran agama Hindu-Budha, kaum pedagang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia. Para pedagang ini datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar malaka seperti perlak dan samudera pasai juga didatangi para pedagang. Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadilah pembauran antar pedagang dari berbagai bangsa. Serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan. Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahan Islam. Dari situlah lahir keSultanan-keSultanan Islam di nusantara. Bandar pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, indonesia memiliki banyak bandar. Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama islam memperkenalkan islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama islam di indonesia. Perkembangannya, bandar-bandar tersebut tumbuh menjadi kota bahkan menjadi kerajaan. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama islam. Akibatnya, rakyatnyapun kemudian banyak memeluk agama islam.
A.    Kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia
Kerajaan Perlak adalah sebuah kerajaan islam awal yang terletak di Perlak, Aceh. Perlak merupakan sebuah daerah di pesisir timur daerah Aceh (daerah pulau sumatera). Perlak adalah kerajaan islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Ajaran Islam yang dipaparkan oleh umat Islam rombongan nakhuda khalifah kepada putra-putri bandar perlak, dengan taufik dan hidyah Allah Yang Maha Esa, mendapat perhatian dan sambutan yang baik sehingga hidup subur dan berkembang berkat ajaran-ajaran dan penerangan penerangan dari mubaligh-mubaligh yang terus-menerus datang ke negeri Perlak.
Kerajaan Samudera Pasai Kesultanan samudera Pasai, juga dikenal dengan samudera, Pasai, atau Samudera Darussalam, adalah kerajaan islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar kota lhokseumawe, Aceh Utara sekarang. Kerajaan ini didirikan oleh marah silu, yang bergelir Malik al-Saleh, pada sekitar tahun 1267 dan berakhir dengan dikuasainya pasai oleh portugis pada tahun 1521. Raja pertama bernama sultan maliik as-saleh yang wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, kemudian dilanjutkan pemerintahannya oleh sultan malik at-thahir.
Kerajaan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan dari samudera pasai yang pada tahun 1360 di taklukkan oleh majapahit hingga kemundurannya di abad ke-14. Kesultanan aceh terletak di utara pulau sumatera dengan ibu kota kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah sultan ibrahim yang bergelar sultan ali mughayat syah yang di nobatkan pada ahad, 1 jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 september 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu ( 1496 – 1903 ), aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain, para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Kerajaan Cirebon adalah sebuah kerajaan islam ternama di jawa barat pada abad ke-15 dan 16 masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Kerajaan yang terletak di perbatasan antara jawa barat dan jawa tengah didirikan oleh salah seorang anggota walisongo, sunan gunung jati dengan gelar syarif hidayatullah. Lokasi di pantai utara pulau jawa yang merupakan perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan “jembatan” atara kebudayaan jawa dan sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan cirebon yang tidak didominasi kebudayaan jawa maupun kebudayaan sunda, syarif hidayatullah membawa kemajuan bagi cirebon. Ketika demak memgirimkan pasukannya dibawah fatahillah (Faletehan) untuk menyerang portugis di sunda kelapa, syarif hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya bahkan pada tahun 1524, fatahillah diambil menantu oleh syarif hidayatullah. Setelah fatahillah berhasil mengusir portugis dari sunda kelapa, syarif hidayatullah meminta fatihillah untuk menjadi bupati Jayakarta.
Kerajaan Demak adalah kerajaan islam pertama di jawa yang didirikan oleh raden patah bergelar sultan alam akhbar al fatah pada tahun (1500-1518). Kerajaan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vajal dari kerajaan majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama islam di pulau jawa dan indonesia pada umumnya. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama walisongo. Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama islam di jawa dan wilayah timur nusantara. Kerajaan demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan.
Kerajaan Mataram sutawijaya yang mendapat limpahan kerajaan pajang dari sultan benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, ki ageng permanahan, di mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja kerajaan mataram dengan gelar penembahan senopatiing aloga sayidin panatagama. Pemerintahan penembahan senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena di warnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di kotagede(sebelah tenggara kota yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan mataram, seperti bupati ponorogo, madiun, kediri, pasuruan, bahkan demak. Namun, semua daerah iotu dapat di tundukan. Daerah yang terakhir dikuasainya adalah daerah surabaya dengan bantuan sunan giri.
Kerajaan Banten keraaan yang terletak di barat pulau jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari kerajaan demak. Setelah kerajaan demak mengalami kemunduran, banten kemudian melepaskan diri dari demak. Berdirilah kerajaan banten dengan rajanya sultan hasanudin (1522-1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh banten sampai ke lampung. Artinya, bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di selat sunda. Para pedagang dari cina, persia, gujarat, dan turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di banten. Kerajaan banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya yang sangat strategis, banten juga di dukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya malaka ke tangan portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur perdagangannya ke selat sunda. Faktor lainnya, banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.
Kerajaan Gowa-Tallo kesultanan gowa atau kadang di tulis goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah sulawesi selatan. Kerajaan sebenarnya terdiri atas dua kerajaan : gowa dan tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja gowa, daeng manrabia, menjadi raja bergelar sultan alauddin dan raja tallo, karaen mantoaya, menjadi perdana mentri bergelar sultan abdullah. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari suku makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekaran berada di bawah kabupaten gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Karena pusat pemerintahannya berpusat di makassar, kerajaan gowa dan tallo sering di sebut sebagai kerajaan makasar. Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur nusantara, kerajaan gowa dan tallo menjadi bandar utama untuk memasuki indonesia timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah bugis. Mereka inilah yang mem\perkuat barisan pertahanan laut makassar. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar sultan hasanuddin, beliau berhasil memperluas wilayah kekuasaan makassar baik ke atas sampai ke sumbawa dan sebagai flores di selatan. Pada saat itu hasanuddin melakukan peperangan yang di kenal dengan perang makassar (1666-1669) terhadap VOC yang bantu oleh kerajaan bone yang di kuasai oleh satu wangsa suku bugis dengan rajanya arung palakka.
Kerajaan Ternate dan kerajaan Tidore Kerajaan Gapi atau kemudian lebih di kenal sebagai kesultanan ternate (mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajan islam di maluku dan merupakan salah satu kerajaan islam tertua di nusantara. Dengan raja zainal abidin (1486-1500). Zainal abidin adalah murid dari sunan giri di kerajaan demak. Kerajaan tidore berdiri di pulau lainnya dengan sultan mansur sebagai raja. Kesultanan ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah maluku, sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan filipina hingga sejauh kepulauan marshall di pasifik. Kerajaan yang terletak di indonesia timur menjadi incaran para pedagang karena maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih. Kerajaan ternate dan tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah portugis dan spanyol datang ke maluku, kedua kerajaan berhasil di adu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan.
     5.  AWAL PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
a). kerajaan
Kerajaan samudera pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut       agama islam. Secara geografis, kerajaan samudera pasai terletak di daerah pantai timur sumatera bagian utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu, yakni selat malaka.
b). Kehidupan politik
Berdirinya kerajaan smudera pasai tidak dapat di ketahui dengan pasti. Tetapi para ahli berhasil menemukan bukti tentang perkembangan kekuasaan kerajaan samudera pasai. Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudera pasai antara lain: nazimuddin al kamil pendiri kerajaan samudera pasai adalah nazimuddin al kamil, seorang laksamana laut di mesir. Sultan malikul saleh memerintah samudera pasai dari tahun 1285-1297 M. sultan yang semula menganut aliran syi’ah itu akhirnya berbalik menganut aliran syafei. Sultan malikul tahir setelah sultan malikul saleh wafat, tahta kerajaan beralih pada puteranya yang bergelar sultan malikul thahir (malik al-thahir).
c). Kehidupan ekonomi
Letak geografis samudera pasai di tepi selat malaka sangat strategis, karena merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan antara dunia barat dan dunia timur. Hal ini sangat mendukung kreativitas masyarakatnya untuk terjun langsung ke dunia maritim. Perkembangan ekonomi masyarakat dan kerajaan samudera pasai bertambah pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus menjadi incaran dari kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Setelah samudera di kuasai oleh kerajaan malaka maka pusat perdagangan di pindahkan ke Bandar malaka.
d). Kehidupan social
berkembangnya pengaruh-pengaruh  dari mesir maupun arab di kerajaan samudera pasai di sebabkan karena pendiri kerajaan samudera pasai adalah nazimuddin al kamil (seorang laksamana laut dari kerajaan mesir).
e).  Kehidupan budaya
Sebagai kerajaan yang terjun dalam dunia maritim tidak banyak terdapat atau di temukan peniggalan-peninggalan budaya. Walaupun ada penemuan benda kebudayaan dari zaman kerajaan samudera pasai, namun tidak sepenuhnya  merupakan hasil karyanya, seperti penemuan batu nisan atau jirat raja putrid pasai yang di datangkan dari kambayat. Selain penemuan dari makam-makam raja samudera pasai tidak pernah terdengar perkembangan seni dari budaya dari masyarakat.
Sejak masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan islam di Indonesia, terjadi berbagai bentuk perubahan maupun pembaharuan di berbagai sector kehidupan bangsa Indonesia. Namun perkembangannya pengaruh islam terlihat dengan jelas pada system pemerintahan kerajaan mataram, islam, banjar, aceh, dan gowa.
System pemerintahan atau system birokrasi pada kerajaan islam yang pernah berkuasa, memiliki banyak persamaan, hanya saja penyebutan dari masing-masing daerah yang berbeda. Di samping itu, seorang raja tidak mungkin dapat menjalankan pemerintahannya tanpa di bantu oleh para pembantunya itu.
·         Kerjaan mataram islam
Pada kerajaan mataram islam, kekuasaan tertinggi di pegang oleh seorang raja dan di bantu oleh sejumlah pejabat kerajaan dengan tugas-tugas tertentu. Jabatan-jabatan di bawah raja pada kerajaan mataram ada hubungannya dengan pembagian wilayah, diantaranya jabatan pemerintahan di dalam istana(pemerintahan lebet) dan jabatan pemerintahan di luar istana(pemerintahan jawi).pemerintahan lebet di jabat oleh pejabat tinggi kerajaan yang bergelar paith lebet (patih dalam). Patih lebet di bantu oleh para wedana dengan tugasnya masing-masing. Namun, pada tahun 1755, jabatan pemerintah lebet di hapuskan dan diganti dengan jabatan tumenggung, yang bertanggung jawab langsung kepada raja. Sedangkan pemerintahan jawi atau luar istana di pimpin oleh wedana jawi. Juga pemerintahan mancanegara di kepalai oleh seorang bupati. Para bupati, sebagai kepala daerah bertanggung jawab kepada raja yang memerintah. 
                                                             BAB III
                                                           PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Perkembangan islam setelah dipeluk oleh sebagian besar masyarakat lapisan bawah di Indonesia, mulai mendapat perhatian dari para bangsawan. Perkembangan selanjutnya juga berpengaruh pada kerajaan-kerajaan di Indonesia, sehingga mulailah era pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam. Menurut beberapa sumber sejarah tercatat bahwa kerajaan islam tertua di Indonesia adalah peureulak atau perlak. Menurut catatan perjalanan marcopolo kerajaan ini sudah berdiri pada tahun 1262, sebagai kerajaan islam yang terletak di Aceh Timur, berhadapan dengan selat malak. Raja pertama kerajaan perlak adalah sultan alaidin sayid maulana aabdul aziz syah, dengan dinasti kerajaan perlak adalah Bandar khalifat. Pada waktu pemerintahan sultan Muhammad amin syah, putrinya yang bernama ganggangsari dinikahkan dengan meiruh silu, yang kemudian bernama Malik as shaleh.beliau kemudian memperluas kerajaanya dan diberi nama baru samudera pasay.daerahnya adalah bekas perlak,sampai samudra ditepi sungai pase yang bermuara diteluk elho’sumawe. Adapun raja pertama ialah sultan al malik as saleh ( malikus saleh), yang mendapatkan gelar dan pengesahan dari syarif makka. Kerajaan samudra pasay menjadi makmur karena letaknya strategis bagi perdagangan dunia.oleh karena itu banyak disinggahi para pedagang dari hindia, gujarak,ar dan china. Pada zaman sultam malik as saleh, samudra pasay berhasil menguasai dearah pedalam, yaitu antara lain , tamiang, balek bimba , samerlangga, disimpang bulah telang dan kakus.daerah daerah itu kemudian dibina oleh samudra pasay , baik pereokonomian dan juga keagamnya. Berita tentang sultan ini diterangkan dalam batu nisan dari batu pualang putih, bertuliskan huruf arab gaya Riq’ah,yang menerangkan waktu wafatnya sultan malik as shaleh ,yaitu tahun 692 h atau tahun 1297 M. Raja ke-2 adalah sultan Al malik az Zahir(1297-1326).
2.      SARAN
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat menjadi bahan untuk belajar bagi kita dan  kelompok lain InsyaAllah makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Daftar Pustaka
1.      Kartodirdjo,Sartono,  Pengantar sejarah indonesia baru 1500 – 1900, PT. Gramedia, Jakarta 1987.
2.      Marwati djorned poesponegoro nugroho notosusanto, Sejarah indonesia III, Balai Pustaka,  Jakarta 1992.
3.      Pakaya,Yusni, Sejarah indonesia s/d 1500 M, inpena Yogyakarta juli 2012
4.      Asrianta, gathot,  Atlas sejarah indonesia dan dunia, CV BIMA PERAGA NUSANTARA.
5.      I wayan badrika, Sejarah, Erlangga, Jakarta 2006.
 Sumber :
http://alprispakaya.blogspot.co.id/2014/11/perkembangan-kerajaan-kerajaan-islam-di_24.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar